Pagi, di hari
minggu. Inilah hari terakhir mereka bertemu untuk dua minggu ke depan. Mita
yang akan ikut bertanding mewakili sekolah di kejuaraan basket Internasional
dan Lia memutuskan kembali pergi ke Yogya dalam pertemuan penulis muda yang
sempat tertunda dulu. Tentu sehari ini menjadi hadiah manis, mengingat Lia
pernah bermimpi akan menikmati hari hanya dengan Mita. Maka di mulai dengan
menonton film, memasak bersama dan makan es krim di taman sambil mengobrol
cerita waktu kecil sampai kepada hal-hal yang tidak begitu penting. Semuanya
mengalir secara menyenangkan layaknya persahabatan yang sempurna.
Lia berdiri jauh dari bibir pantai.
Dia bersemangat berlari menuju hamparan ilalang luas yang sangat indah,
tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya. Lia menoleh dan melihat Mita berdiri
juga di belakangnya.
“Mita ini sangat indah, darimana kau
tau tempatnya?” tanyanya sambil mengajak Mita memandang langit penuh siluet
senja.
“Dari Wahyu.” jawab Mita singkat.
“Dia sudah masuk ke dalam permasalahan kita aku
harus berterima kasih juga nih Mit,” kata Lia bergumam.
“Ini, ada titipan Wahyu
untukmu aku lupa waktu itu.” lanjutnya menyodorkan bola kristal berbentuk hati. Sahabatnya tidak mengatakan apa-apa
hanya tersenyum. Air mata Mita mulai menetes tapi dengan cepat juga di hapusnya.
“Oh iya, Lia... Setelah ini gue
pasti jadi kangen ngejahilin, tidak ada lagi tarik-tarikan rambut huh!” ujar
Mita menarik gemas rambut Lia.
“Iya, iya apalagi si Wahyu murung di
ruangan OSIS. Nggak kasihan?” sindir Lia.
Masih dalam keadaan pipi memerah,
Mita spontan langsung menarik kedua tangan Lia mengacak-ngacak rambut lalu
mengelitiknya padahal ia benar-benar memikirkan apa yang di katakan Lia sebelum
cewek itu mengatakan dulu. Namun, waktu terus berjalan. Hari telah malam mereka
tidak akan pernah melupakan sehari yang terasa singat ini.
Dalam tulisan yang baru di tulisnya
di halaman terakhir buku catatan bercoverkan
‘Friendship of Colour’ Lia
menyimpulkan: tidak ada terlambat maka
tidak ada kehilangan, tidak ada persahabatan maka tidak ada kebersamaan, tidak
ada kisah cinta maka tidak ada ketulusan, begitupun pada manusia tidak ada
kisah sendiri yang tidak dapat di ceritakan.
~Selesai.