Tulisan kedua di tahun 2016. Di tempat yang sama ini saya membiasakan untuk nulis lagi sejak menuntun berdamai dengan keadaan. Diri yang terdampar mengiringi langkah selama empat belas tahun. Perjalanan yang tampak berliku memamerkan setiap rasa penuh ke-egoisan tanpa berpikir tentang kemanusiaan. Tinggal di negeri yang berjuta kontrovesi membuat saya harus berpikir dua-tiga kali dalam kedepannya. Perlahan saya dipaksakan belajar untuk mengenal kemunafikan memilih dua pilihan antara bermuka dua dalam kesenangan atau jujur berakhir kesengsaraan....