Menghitung detik sampai jarum pendek di angka lima semua sudah duduk beralaskan karpet kecil sewaan, berdiri di pinggir pembatas, peralatan kamera dan menunggu matahari naik dengan harapan bisa menghangatkan suhu karena makan semangkuk kuah bakso bagi tiga belum cukup hangat apalagi kenyang.
Oh, begini yang dilakukan manusia pengejar sunrise rela tidak tidur semalaman. Dalam hati saya berterimakasih diberi nikmat bisa lihat langsung suasana hangat meski di tempat dingin, langit menunjukkan sedikit warna kuning yang saya yakin ditutupi embun. Dari bawah sana konstruksi-konstruksi Tuhan tampak indah kawah aktifnya juga baik seperti doa banyak orang. Satu tempat untuk melebarkan senyuman pada kawasan yang memiliki dua sisi yang berbeda tetapi sayuran bisa tumbuh subur. Saya tidak perlu jabarkan panjang-panjang traveling to Bromo. Ketik di kotak pencarian internet pasti ada tentu saja tidak mengecewakan semua punya kesan baik.
Cerita setelah pulang adalah hadiahnya; Sepuluh derajat selsius.