Kepada Dekapan Kecewa
Tulisan kedua di tahun 2016. Di
tempat yang sama ini saya membiasakan untuk nulis lagi sejak menuntun berdamai
dengan keadaan. Diri yang terdampar mengiringi langkah selama empat belas
tahun. Perjalanan yang tampak berliku memamerkan setiap rasa penuh ke-egoisan
tanpa berpikir tentang kemanusiaan. Tinggal di negeri yang berjuta kontrovesi
membuat saya harus berpikir dua-tiga kali dalam kedepannya. Perlahan saya
dipaksakan belajar untuk mengenal kemunafikan memilih dua pilihan antara bermuka dua dalam kesenangan atau jujur
berakhir kesengsaraan. Hanya itu yang saya rasakan. Miris memang untuk
berpendapat dan menyampaikan hak saja tidak di izinkan. Seterusnya menjadi
kasus yang klise ntah sudah berapa banyak air mata karenanya.
Sebagai makhluk yang belum
menjadi apa-apa dan tak di kenali. Saya bisa bengong saja terkadang menatap
dari kejauhan, terpekur dengan perasaan yang ingin membantah bahkan tertawa
sedih. Sebegitu rendahnya manusia sampai membedakan status yang lain.
Bukan karena saya sekarang
menyukai lagu ballad bersama
temperatur cuaca mencapai 30 selsius. Saya seakan berada di lautan orang yang
menyimpan “tangan kanan” tanpa melihat apa arti proses yaitu dibedakannya hanya
di atas kertas penilaian berdasarkan tertulis. Pernah saya alami sendiri,
mereka dengan gampangnya memberi nilai tapi tidak ada pertanggung jawaban.
Beragam alasan yang kami tau betul apa maksudnya. Niat awalnya saling berbagi
pengalaman dan kekeluargaan harus rusak karena masalah konflik antar subjek. Saya
jadi menyimpulkan, jika memang masih begini kedepannya bisakah kalian berubah. Saya
tidak setuju bila mengukur kejeniusan orang cuma dari segi akademis. Banyak
ilmu yang di dapatkan bukan sekadar membaca, berinteraksi serta menghargai
orang lain itu salah-satunya. Dengan memandang lingkungan di sekitar saja saya
sering mempelajari bahwa ilmu ada dimana dan kapan saja.
Sudah lama saya ingin
mengutarakan. Tidak apalah bila tersampaikan hanya kalimat sedikit ini saja
yang dapat mewakilinya. Maaf, tentang tulisan berupa kekecewaan. kepada yang katanya lebih berpengalaman coba sesekali
untuk merendahkan diri.
0 comments