Me of Colorful


Konsep melancong 2-3 hari bagi yang berjiwa petualang tak ada masalah lelahnya jadi pengalaman manis, seru saya seperti traveller sejati padahal seharian besok harus melek mata. Menginjak kaki di Pulau Jawa bagian Timur yang belum sempat terpikirkan hanya kepingin ke Jogja yang terkenal nuansa sultannya itu. Lagipula kesempatan tidak datang dua kali saya pun langsung berangkat melupakan sejenak bayangan Jogja tadi dengan sunrise Gunung Bromo. Matahari belum sempurna naik bersembunyi diantara tiga susunan gunung menambah dinginnya suhu, berulang kali saya menggosokkan telapak tangan.

Menghitung detik sampai jarum pendek di angka lima semua sudah duduk beralaskan karpet kecil sewaan, berdiri di pinggir pembatas, peralatan kamera dan menunggu matahari naik dengan harapan bisa menghangatkan suhu karena makan semangkuk kuah bakso bagi tiga belum cukup hangat apalagi kenyang.

Oh, begini yang dilakukan manusia pengejar sunrise rela tidak tidur semalaman. Dalam hati saya berterimakasih diberi nikmat bisa lihat langsung suasana hangat meski di tempat dingin, langit menunjukkan sedikit warna kuning yang saya yakin ditutupi embun. Dari bawah sana konstruksi-konstruksi Tuhan tampak indah kawah aktifnya juga baik seperti doa banyak orang. Satu tempat untuk melebarkan senyuman pada kawasan yang memiliki dua sisi yang berbeda tetapi sayuran bisa tumbuh subur. Saya tidak perlu jabarkan panjang-panjang traveling to Bromo. Ketik di kotak pencarian internet pasti ada tentu saja tidak mengecewakan semua punya kesan baik.

Cerita setelah pulang adalah hadiahnya; Sepuluh derajat selsius.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Karya kolaborasi Brilliant Yotenega dan Wisnu Suryaning Adji. Salinem dalam Rahasia Salinem (2018) adalah seorang abdi dalem, perempuan yang mengabdikan hidupnya untuk mengurusi kebutuhan keluarga keraton. Sepanjang hidup Salinem yang merentang hampir satu abad lamanya, sejak 1923 hingga 2013, latar ketika cerita sebenarnya dimulai, ia bergelut dengan serangkaian peristiwa kelam. Namun, barulah saat menjelang kematiannya, misteri hidup Salinem sesungguhnya terkuak. Misteri yang tidak hanya menggoyahkan keutuhan sebuah keluarga keturunan bangsawan, tapi juga mengungkap peran penting seorang jelata sebagai baut kecil yang mempertahankan keutuhannya selama hampir 100 tahun.

Selengkapnya baca di Storial

***

Dari sinopsis yang tidak muluk-muluk tetap bisa membuat rasa penasaran pembaca. Beranda twitter kebetulan dipenuhi banyak ulasan positif novel ini jadilah saya menyimpan Rahasia Salinem di rak bacaan akun Storial–wadah online penulis dan pembaca milik founder Anak Negeri. Tokoh utama disebutkan dalam sinopsis memiliki rahasia yang belum sempat dibagikan mungkin di sini perjalanan panjang dari kenangan-kenangan yang terlupa. Bukan perihal rahasia ala detektif atau komplotan mafia ini bisa disebut rahasia berupa harta karun yang tidak bernominal. Di permulaan bab saya sudah kagum dengan plot rapi yang disajikan penulis baru pertama kali bagi saya menemukan cerita yang benang merahnya hadir di awal.

Lelaki bernama Tyo cucu dari Salinem dan keluarga besar berkumpul di Solo menghadiri acara pemakaman semua berselimut kesedihan ditinggal pergi orang tersayang selamanya, tidak ada sebutan khusus untuk penyelamat keluarga sosoknya selalu jadi panutan mereka; Salinem. Benar saja kisah memang tak pernah usai.

Setelah pemakaman Mbah Nem keluarga besar langsung berdiskusi bagaimana memasukkan nama Salinem di pohon silsilah mereka tanpa Tyo duga ada fakta tersembunyi yang baru ia tau, Salinem bukan nenek kandungnya. Ada banyak pertentangan yang akan di ambil keluarga besar Tyo karena pengorbanan Salinem terhadap keluarga ini kelak tidak boleh dihilangkan dalam ingatan anak-cucu mereka. Lima detik saya terdiam seperti becermin di keluarga besar saya yang memang dari kecil dikenalkan pada silsilah ketika berkunjung ke rumah sanak saudara itu sebabnya ketika kakek-nenek kami meninggal penurus keluarga harus tau meski cuma dari fotonya mungkin pula terdapat silsilah lain sebelum buyut-buyut yang sudah lama hilang. Darisinilah Tyo sadar ia belum mengenal Mbah Nem lebih jauh.

Alur maju-mundur dihadirkan penulis di cerita. Berlatarkan tempat Sukoharjo tahun 1925 Salinem kecil menetap lama di sana ayahnya bekerja sebagai kusir delman Kawedanan. Nasib Salinem terus pindah-pindah membuatnya mengerti sebuah kata perpisahan. Ada banyak latar selain Sukoharjo, melalui Kota Solo dan keluarga keraton saya larut terenyuh akan Mbah Nem menyikapi sesuatu permasalahan dengan sederhana "Jalani saja..." katanya. Konflik diperkuat sedikit singgungan perang Jepang, penjajahan Belanda, masa setelah kemerdekaan Indonesia, dan pembantaian PKI bagai tali terikat erat entah bagaimana dibuat cukup natural. Pemilihan dua sudut pandang juga tepat, Tyo bersama keluarga besar menyusun kepingan cerita Mbah Nem yang tergerus waktu dan Salinem menyambungkannya melalui jawaban kisah masa lalu, takdir membawa Tyo berjumpa Eyang Parjo barang satupun kenangan yang beliau lupakan bila Tyo menyebutkan Salinem. Manusia tentu pernah muda pertemuan keduanya sangat manis bukan seberapa seringnya bertemu tetapi seberapa setianya untuk menunggu, nama Suparjo selalu Salinem lantunkan dalam doa, mereka sejak lama ditakdirkan meski Salinem tidak percaya takdir. Pengorbanan untuk cinta yang tak biasa meluluh-lantak harapan. Manusia juga berhak atas pilihan 90 tahun sudah Mbah Nem menempati janjinya kepada sahabat terkasih Gusti Soeratmi dan Gusti Kartinah untuk bersama keluarga ini memilih tujuan hidup yang berbeda, "Buatku, mereka anak-anakku."

Hampir seminggu sejak saya selesai membaca Rahasia Salinem ajaibnya kehangatan itu masih terasa sampai saya menulis ini, saraf-saraf di otak pun rileks ada masa dimana saya merindukan kenangan lama mengutuk diri untuk mengulang waktu ternyata hidup soal perpindahan-perpindahan akan selalu berada di titik baru biarkan saja kenangan datang bersama waktu dan terpatri ditempatnya sendiri. Sebagaimana Mbah Nem bilang Tuhan punya rencana dan Tyo mengerti bahwa kenangan ada menjadi bagian besar cerita kehidupan di keluarga ini melalui rasa yang terdapat di pecel Salinem. Tidak adil hanya menjabarkan poin plus, Mas Brilliant dan Mas Wisnu menempatkan diksi tidak sesuai bikin keliru antar paragraf maklum saja novel dengan 57 bab ini dirangkum dari novel versi cetaknya (informasi cetak di sini). Saya kasih RATE 4,5/5 biar cukup berani.

Terimakasih mengizinkan Salinem bertemu ke banyak pembaca yang sedang meragukan makna perjalanan hidup satu platform yang sangat mengapresiasi penulis serta membantu budaya gemar membaca jangan lelah berbagi ilmu kepenulisanmu, Storial.co
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts
ana's. Powered by Blogger.

About me



"Semua ditulis atas pendapat ego, filosofi sosial, dan diskusi santai. Tulisan saya tidak istimewa hanya pengingat untuk saya baca ketika sulit berekspresi berharap seperti minuman yang diseduh; menghangatkan."

Social Media

  • LinkedIn
  • Twitter
  • Gmail

Categories

Artikel (2) Cerita Bersambung (10) Cerita Pendek (12) Ceritaku (8) Opini (9) Quotes (12)

recent posts

Blog Archive

  • ►  2024 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  October (1)
  • ▼  2019 (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ▼  January (2)
      • Peraduan Baik
      • Rahasia Salinem, Kenangan Itu Ada
  • ►  2018 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2017 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2016 (2)
    • ►  May (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
  • ►  2014 (6)
    • ►  December (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2013 (15)
    • ►  December (2)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2012 (10)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  November (2)

Free Blogger Templates Created by ThemeXpose