OPINI: Aku Belum Menemukan Orang Sepertimu

by - 15.6.12

Ini bulan Juni? Berarti sudah tiga tahun kita tidak ada komunikasi. Aku khawatir dengan keadaanmu bagaimana tidak khawatir dari gerak-gerik bicara, kamu layaknya orang yang mau pergi jauh dan aku akan dengan siapnya harus menerima. Sampai detik ini saja kamu masih membiarkan aku menunggu tanpa kabar darimu. Mungkin sekarang kamu sudah punya pacar. Tapi... aku berharapnya kalau kamu tau aku adalah makhluk yang menjalankan kehidupan dengan kehampaan.

Semester pertama di tahun 2008 bulan juni, awal pertemuan kita.

Mataku berbinar mendapat inbox -Jangan lupa makan siang- sebuah isi pesan yang sederhana tapi perhatian dari kamu. Aku selalu mengingat semua sikap kepolosan kamu. Saat kamu meminta izin ingin main futsal, latihan band, bahkan pamitan mau mengantar nyokapnya ke rumah sakit. Lucu memang seorang pria meminta izin kepada wanita yang belum menjadi pacarnya. Itulah kamu pria polos dan kadang berubah menjadi sosok ‘Drummer Misterius.’ 

Satu hari, dua hari, tiga hari kamu menghilang dan aku memaklumi mungkin sibuk atau ada hal penting. Seminggu kemudian, aku mendapat inbox di handphone-ku pesan dari kamu -Maaf De** baru kasih kabar sama Ana, kemarin De** baru masuk Rumah Sakit dan sekarang sudah baikkan, yuk sms-an lagi. Jangan marah ya- Huh lega mendengarnya, masuk Rumah Sakit? Tiba-tiba entah mengapa aku merasakan akan terjadi sesuatu. Aku memang tidak tega marah kepadanya dia jujur saja sudah membuatku senang. Dengan penasaran aku bertanya, kamu sakit apa, benar sudah baikkan. Tapi dia tetap keukeh cuma sakit biasa. Ada satu sisi lagi, bukan hanya pria perhatian kamu juga pria dewasa dan kuat.


Kelulusan di tahun 2009 bulan juni, akhir pertemuan kita.

Kalau aku tau bulan ini adalah pertemuan terakhir mungkin seharian penuh mengobrol denganmu. Walau selama satu tahun kita tidak pernah bertemu secara tatap muka aku yakin faktor itu yang membuat kita menerima kekurangan masing-masing. Teman sebangku ku juga kenal dia katanya dia ingin bertemu langsung denganku sekalian mau bilang dia suka. Ntahlah apa yang dipikirannya saat itu, menginginkan aku menjadi pacarnya yang jelas-jelas tidak ada satupun yang menarik di diriku.  Tuhan… aku saat itu masih lugu terlalu cuek untuk urusan cinta jadinya aku hanya menganggap dia teman yang bisa berbagi.

Aku dan kamu sebelum tiga hari pertemuan terakhir, kita sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuk ulang tahun nanti karna sama-sama di bulan Juli padahal masih lama tapi dia antusias sekali. Dan satu lagi, kamu adalah pria romantis. Aku masih ingat janjinya ingin mengajarkan main drum. “Nanti aku ajarin main drum, nggak sulit kalau Ana mainnya dari hati” kedua pipiku memerah “Janji ya kamu harus sabar ngajarinya” ucapku bawel dia sedikit tertawa di seberang telpon “Iya deh, janji!”

Lusanya aku mengirimkan inbox. Inbox balasan dari dia –Ini mamanya maaf untuk sekarang dia tidak boleh diganggu masih penyembuhan dari sakit- Deg, lagi-lagi aku dibuat penasaran. Masuk Rumah Sakit lagi? Seberapa parahkah sakit yang di deritanya? Mulai saat itulah aku tidak berani lagi menghubungimu. Aku selalu berdoa kamu baik-baik saja seperti kamu bilang “Hanya sakit biasa” dan kita bisa lagi saling menyapa atau mungkin bertemu secara tatap muka. 


Aku punya alasan mengapa aku jadikan kamu orang spesial dan kamu juga sebaliknya. 

Terima kasih sudah menjadi bagian di hidup kita masing-masing.

 Dimana sekarang kamu berada semoga membaca ini.


Kamu Drummer Misterius, 
Aku wanita lugu yang selalu mencari setiap jalan kehidupan
hanya untuk menemukan orang sepertimu…

You May Also Like

0 comments