CERPEN: Kita + Kamu = Cinta Bumi

by - 2.8.12


Cerpen "Cinta Bumi" ini sengaja dibuat  agar teman-teman ikut berpartisipasi menjaga dan merawat bumi. Ikut perihatin kan dengan keadaan bumi yang menjadi satu-satunya tempat dimana kita bisa bertahan hidup tapi kalau bumi jadi rusak? Nggak mau. Untuk lebih jelas lagi baca yuk lihat websitenya ini dan dengarin juga lagu ini. Dengan gaya bahasa remaja, sedikit beralur percintaan #eaaaa

"Think  about what kind of contributions you could make, both large and small at home and in the world. There are so many tiny, creative steps you can take every day to lessen your impact on the earth -The Ultimate Teen Guide to Living an Eco Friendly Life."


--o--


     Seandainya saja kalau Icez tidak datang sepagi ini mungkin Mita akan bangun setelah zuhur atau mungkin juga menjelang maghrib. Gangguan insomnia yang membuatnya selalu bangun kesiangan. Mita meringis memandang Icez yang sudah siap membawa beberapa brosur dan atribut berwarna hijau.

-Pohon hijau, Bumi tersenyum-



-Langkah menuju hidup ramah lingkungan-



-Hadapi masa depan dengan kehijauan-



Let’s Go Green!!!

    “Yak! Apa-apaan ini? Bukannya kita kemarin ngusulin tema kebudayaan kenapa jadi GO GREEN.” gerutu Mita setelah membaca tulisan dari brosur yang dibawa Icez tadi.

  Handphone Icez berbunyi, Mita semakin ngedumel saat tau Icez tidak mendengarkan pembicaraannya. Berani taruhan deh pasti yang sedang menghubungi Icez adalah Dara. Mita tau betul pemilik suara nyaring itu sahabatnya bernama Dara. Berkali-kali Mita mengernyitkan dahi--membayangkan ulah Dara apalagi ditambah dua lelaki aneh Ikmal dan Wahyu kalau bertemu dirinya. Ampun Tuhan! Cukup Icez saja pekik Mita dalam hati.

     “Yuk, ah. Kita sudah ditunggu anak-anak yang lain.” Icez menarik tangan Mita, lebih tepatnya Icez memaksa. Sampai di dalam mobilnya Mita terus memikirkan kegilaan apalagi yang akan dia hadapi.

    “Udahlah Mit, go green juga proyek bagus. Have be fun yaw!!” hibur Icez sambil mengunyah permen karet. Mita hanya tersenyum kecut.

***

     Barisan kendaraan berjejeran di sepanjang jalan raya ibukota Jakarta hari ini. Mereka berdua tidak menduga akan terjebak kemacetan sampai tiga jam lebih. Satu dari akibat kemacetan itu ternyata banjir oleh hujan semalam, beberapa parit tersumbat sampah hasil limbah industri. Mita dan Icez melihat dengan keprihatinan. Mita jadi mengerti kenapa Icez lebih memilih proyek go green daripada kebudayaan.

Dara melambaikan tangannya saat mobil Mita telah tiba di taman depan Vegetarian Café, konsep restaurant ramah lingkungan yang khusus menyediakan makanan organik.  Mereka memang ketemuan di kafe ini, terlihat juga ada Ikmal dan Wahyu yang bertingkah heboh.

     “Si curut main pedang, eh Mita sudah datang.” Ikmal berpantun-ria diikuti cengiran dari Wahyu.

     Mita melonggo menatap kedua lelaki dihadapannya.
   “Huff.. gila, banjir dimana-mana.” gumam Icez sambil membolak-balik daftar menu makanan. “Kalian pesan apa ya, eh? mana daging panggang ini mah sayur semua.” sebelah alis Dara naik mendengar itu.

     “Kalau kesini cuma niat mau makan mending gue pulang.” Tanpa menunggu lama Mita langsung bergegas keluar café menuju parkiran mobil. Mata ketiga temannya membulat kearah Icez mungkin hanya Icez yang bisa membujuk suasana hati Mita saat dia lagi unmood. Pintu café ditahan oleh Icez.

     “Sorry deh, project of go green number one kok. Lihatlah bumi ini makin miris elo sendiri pernah bilang sehebat apapun manusia kalau dia tidak cinta bumi mana bisa dia bertahan hidup. Iya kan?”

     Lima detik kemudian Mita jadi teringat sesuatu hal tentang bumi dan eyangnya dia juga masih bisa merasakan kesejukan udara kota Jakarta saat umurnya enam tahun dimana beliau menceritakan bahwa keadaan bumi mungkin memasuki tahap high untuk beberapa tahun kedepan jika tidak dirawat dan dijaga. Benar saja, saat ini kota Jakarta bahkan kota-kota di dunia lainnya memiliki tingkat polusi yang parah. Jumlah gas CO2 di atmosfer meningkat sehingga membuat tumbuhan dan laut tidak bisa menyerapnya. Sinar UV tersebut tidak lagi keluar menembus atmosfer tapi dipantulkan kembali ke bumi. Akhirnya menyebabkan udara tercemar dan pemanasan global. Yah, itu hanya sebagian dampaknya saja. Mita bergidik mengingatnya.

     “Oke.”

     Icez mengarahkan kedua jempol pada ketiga sahabatnya yang tampak menunggu seolah mau berkata “Yes!!! Si unmood akhirnya mau guys.”


***

    Siang itu sekitar jam 13.00 WIB kelima sahabat karib sedang membagikan brosur-brosur dan penyuluhan mengenai Go Green kepada masyarakat umum sekaligus terjun langsung dengan lingkungan. Keringat dan debu tidak mengurangi semangat Mita dan teman-temannya, menyelamatkan bumi itulah yang terpenting. Wahyu duduk disamping Mita memberikan segelas air mineral sembari meminum sisa air mineralnya.

    “Makasih.”
   Wahyu menatap lembut. “Elo cerdas ya, gue kira Mita wanita manja yang hanya membuang waktunya untuk hal-hal merusak bumi. Humm ternyata salah besar.”

     Bingung. Mita menyapu kedua mata Wahyu yang tampak santai. Suasana menjadi hening ketika Ikmal dan Dara tiba-tiba datang. “Mungkin ada sesuatu hal yang membuat gue ingin melakukannya, melakukan apa yang sudah menjadi tanggung-jawab manusia pada Tuhannya.” Sahut Mita berdiri dan Wahyu tersenyum mengekor dari belakang.

     “Mal, kenapa dengan mereka berdua?”

     “Hush gossip. Buruan bantuin Icez nanam pohon disana.”

   Kerja-keras yang membuahkan hasil. Tampak terlihat tenda-tenda sejumlah sponsor dipadati masyarakat yang ingin berpartisipasi. Beberapa masyarakat itu menyimak arahan yang diberikan Mita, ada juga yang membantu Icez dan Dara menanam pohon-pohon hijau di sekitar area yang memang krisis pepohonan dan mengumpulkan sampah bersama-sama sesuai jenis sampah berdasarkan pengolahannya. Butuh waktu dan kesabaran yang lebih agar masyarakat ikhlas menumbuhkan rasa cinta bumi.

     Malam tiba, seharian penuh proyek Go Green dilaksanakan dan akhirnya selesai. Icez-Dara sudah tertidur di kursi belakang mobil disusul Ikmal yang daritadi menguap lebar. Sedangkan Mita mengerjapkan matanya yang terasa mengantuk berpikir akan hari ini, hari yang membuat dia senang walau pagi tadi Icez menganggu moodnya dan orang yang disamping ini.. adalah Wahyu orang yang lebih baik dijadikan sahabat dan kakak sekaligus. Orang yang menyadarinya untuk bangkit. Orang yang mengenalkan pahitnya dunia menjadi berharga…

     Wahyu mendadak bergeming sadar kalau Mita sedari tadi menatapnya tapi tetap fokus dikemudi.
     “Hehe, nggak nyangka proyek kita sukses. Banyak masyarakat yang sadar dan peduli ya.”

    “Iya. Syukur deh, semoga masyarakat lainnya juga tergerak.” Sahut Wahyu datar. Benar-benar gusar disisi lain dia berharap Mita tau perasaannya dari dulu tapi sepertinya itu tidak akan pernah. Berbanding terbalik jika Wahyu lebih tau perasaan Mita lagi paling dalam mungkin iya. Sama halnya proyek Go Green dengan tujuan mengajak dan menyelamatkan bumi, dua kata ikhlas bersabar.



~Sekian

You May Also Like

0 comments