CERPEN: Hujan Menghapus Hitam

by - 30.5.13

Lama aku mengerjapkan mataku menatap sekeliling ruangan kamar. Seperti biasa aku selalu tertidur di antara tumpukan buku-buku tebal dan kertas yang berhamburan ntah kemana itu. Dan bila pagi menjelang aku terbangun dengan kepala sedikit pusing. Jadwal ku hari ini cukup padat. Dua jam lagi harus bersiap menuju ke bandara. Semejak lima tahun lalu aku yang bekerja di kedutaan negara tetangga, membuat tidak ada lagi waktu untuk bertemu dengan keluarga dan teman-teman seperti dulu tetapi sekarang aku telah terbiasa. Bahkan aku sudah bisa membeli rumah dan mobil mewah dari uang gajian. Ini menyenangkan. Aku buru-buru meminum coklat hangat, menyambar balazer dan higheels menuju pintu garasi.

Delapan menit berlalu mesin mobil ini tidak hidup juga, terpaksa aku berdiri di halte menunggu bus yang lewat. Uh! benar-benar menyebalkan. Debu yang menempel di kulit. Panas matahari membasahi peluh. Tatapan sinis orang-orang. Sungguh pagi hari yang sial. Gerutuku dalam hati. Bus menepi di perempatan halte seketika puluhan orang-orang berebut menaiki, kaki kiriku terjepit dan map-map berkas yang kubawa berantakan. Untungnya aku langsung kebagian tempat duduk tanpa kupedulikan wanita lansia yang berdiri di sampingku. Jam telah menunjukkan pukul 07.40 WIB masih ada waktu untuk tidur sebentar karena jarak bandara cukup jauh.

“Mbak bangun, ini sudah terminal akhir mau berhenti dimana?”

Samar-samar terdengar suara kondektur bus membangunkan ku. Puluhan orang-orang di dalam bus tadi tidak ada lagi hanya ada kursi-kursi kosong. Mampus. Aku menepuk kening beberapa kali lalu bergegas turun.

Tiba di depan sebuah warung makan kakiku tidak sanggup berjalan. Pukul 08.25 WIB pasti pesawatku sudah berangkat. Aku sungguh pasrah tidak bersemangat. Kini aku hanya memerhatikan gelagat kehidupan pinggiran jalan yang kumuh. Memori kenangan saat kecil terlintas. Dimana aku dan kakak-kakakku bermain mengejar layangan sembari menemani mama berjualan di pasar. Eh, aku kangen mama! Dengan cepat aku mencari handphone di tas tapi map-map berkas saja yang ada. Astaga aku kecopetan di bus tadi semuanya hilang.

Aku menghela napas panjang bepikir dalam hati. Apakah ini karma? Apakah terlalu egois? Apakah aku sejenis manusia tak peduli tak bermoral? Tidak akan menoleh sedikitpun pada orang-orang disana selalu mementingkan urusan pribadi? Entahlah bagaimana aku harus memulainya lagi, memulai untuk lebih baik. Mungkin kata maaf dahulu.

“Kalo ingin ‘uang lebih’ bukan disini tempatnya, nggak cocok sama itu busana.”

“Ah, biar aku usir saja dia bikin dosa!”

Ini salah besar aku menggelengkan kepala meyakini kedua ibu warung yang menghujat tadi. “Uang lebih? Maksudnya, wanita___” Okeh aku tau dengan cepat meninggalkan tempat itu sebenarnya pakaian yang ku pakai ini wajar untuk ke kantor. Pukul 11.30 WIB. Masih sama aku berada di jalanan yang tidak tau arahnya dan sedikit tetesan air hujan yang akhirnya semakin deras.

***

“Hey! Ngapain berdiri disana buruan neduh kesini. Nanti sakit lho mbak.” Lelaki berjaket cokelat disebrang berteriak dan berjalan menghampiri. Aku terkejut saat dia merentangkan jaketnya tepat di atas kepala ku.

“Nah begini lebih baik, mbak ngapain tadi hujanan?”

“Nggak apa.”

“Ya udah aku duluan ya mau ada acara bareng.”

“Bareng keluarga? Atau bareng teman?”

“Maksudnya?! Semuanya sih katanya mereka pada kangen, lagian nggak salah juga saya ngumpul bareng mereka, jenuh kalo harus terus bekerja he..he..he...”

Lelaki itu menaiki motornya bersiap ingin pamitan. Aku menahan tangannya.

“Tunggu!! Alasannya apa?”

“Alasannya, mungkin hanya mereka lah orang yang berharga di hidup saya mbak.”

JLEB. Ribuan bayangan hitam yang ku lihat rasanya sakit. Seperti cahaya yang perlahan-lahan memudar menutupi semua badan ku yang terombang-ambing oleh dosa. Haruskah aku mengakui sekarang. Baiklah akan ku lakukan.

“Mas boleh pinjam handphonenya? Saya ingin meminta maaf pada teman dan keluarga mengatakan bahwa betapa egoisnya saya ini...” 

Kata maaf berhasil ku ucapkan. Hujan berhenti digantikan matahari yang memancarkan sinarnya yang bersemangat. HELLO DUNIA, KALAU AKU MASIH EGOIS TOLONG INGATKAN YA!

You May Also Like

0 comments