Me of Colorful

Satu kata yang ada dipikiran sekarang "bersyukur". Ada rasa yang mungkin sulit di deskripsikan antara kebahagiaan dan kesedihan. Muncul di benak yang kepengen menulis hal selama 20th ini. Walau pada kenyataannya itu sederhana bahkan saya juga bingung mulainya darimana.

Tapi sepertinya bermanfaat buat nantinya karena saya sudah dewasa bukan anak-anak atau remaja, dewasa yah! perlu berulang-ulang mengingatnya. Kadang khilaf sama arti kedewasaan sih. Sesuatu makna yang saya tangkap dari kedewasaan ialah "Jalankan dewasa mu sesuai apa yang kau mau dengan rasa nyaman dan pembelajaran yang baik mungkin ada kalanya sisa waktu dewasa sangat singkat."

Untuk selama 20th: merasakan keluarga lengkap yang menyayangi, mendapatkan banyak teman yang pada akhirnya berlangsung menipis seakan mengetahui pertemanan yang lebih sejati, pendidikan serta ilmu yang berkembang baik yang harus semakin dicari, menemukan lingkungan berbeda pada setiap tempatnya.

Untuk ke-tahun berikutnya: Hanya cukup dengan menempatkan diri membahagiakan orang lain, tetap mencari pendidikan sebisa yang di mampukan, dan terus menerus menemukan lingkungan berbeda pada setiap tempatnya, go trip!

Hey, life adventure with surprise to next the happy year artinya harus semakin memperbaikin diri dan kita semakin tua alhamdulillah :')
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sebelumnya di part 1

Pukul delapan malam, bel pintu apartemennya berbunyi. Gia terbangun dengan kepala sedikit pusing sepulang dari perjalanan di Bogor tadi ia langsung merebahkan tubuh ke kasur. Gia melirik jam di pergelangan tangannya, sudah empat jam ia tertidur.
            Gia mendongak menatap orang di balik pintu kamarnya. “Kirain siapa, kenapa?”
            “Gia ih gitu. Gue tadi dari tempat teman, iseng mampir kesini, kebetulan satu apartemen sama Lo baru pindah ke Jakarta.”
            Gia mengangkat bahu. “Ya, yang temannya dimana-mana,” cibirnya yang hanya dibalas dengan tawa.
            Mereka berdua duduk berhadapan di meja dapur yang terdapat kertas-kertas di atasnya dengan cangkir di tangan. Seperti biasa walau dalam kondisi pusing bahkan tidak sehat sekalipun Gia tetap melanjutkan pekerjaannya dari layar laptop.
            “Astaga, benar-benar gila kerja. Ini belum selesai juga? Istirahat dulu Gi.”
            Gia mendengus mengambil alih kertas-kertas yang dibaca temannya.
            “Kalo masih sama coba dulu untuk berbaikan dengan perasaanmu,”
            “Selama perasaan itu membawa lebih baik kenapa nggak kan.”
            “Kau yakin?” Gia merasa hatinya akan baik-baik saja dan ia tidak bisa menahan senyum harunya.
            Teman Gia mengangguk, melambaikan tangan dari arah pintu. “See you!”
            “Thanks, lain kali kalo mampir kesini bawa pizza ya,”
            “Sama chessburger juga.” Lanjutnya. Dari balik pintu apartemen Gia bisa mendengar suara temannya yang menjawab dengan nada protes.
           
“Welcome to Jakarta, bro. The place where somebody busy in this city,” sapa seorang lelaki dengan nametag ‘Daniel’ yang mendekati Julian sambil memasukkan donat ke mulutnya.
            “Eh, Dan, itu donat terakhir gue. Sialan lo datang-datang sok ngingris nggak banget,” ujar Julian sewot.
            Dengan ekspresi santai Daniel menarik kursi sambil mengibaskan tangan kanannya.
            “Ah, gue ketipu, dikira pulang dari UK sono lo ngajakin Bahasa Inggris tampang juga malah makin kumel.”
            “Kejam banget lo, gue bosan dengarin Bahasa Inggris dan kabar baiknya gue disana masuk list cowok playboy,”
            “Sejak melarikan diri itu kemudian tanpa kabar lalu kembali lagi ke Tanah Air,” Daniel menyambung perkataan Julian memberikan penekanan dramatis pada tiap kata.
            Julian tertawa renyah.
            “Lagian lo kenapa baru muncul Lian harusnya buktiin kalo lo memang benar.”
            Tanpa membalas tatapan Daniel ternyata banyak hal yang telah mempengaruhi dirinya selama ini. Apa mungkin masih marah separah itukah? Bagaimana harus memulainya bila semua di anggap salah? batin Julian.
            “Woy Lian! Gue ikut sarapan bareng disini ya sekalian nanti berangkat ngantor kalo sarapan di luar dikira keluyuran jam kerja.”
            “Pantesan rapi. Makanya cepat nikah cari cewek biar ada yang bikin sarapan gue banyak daftar cewek cakep mau satu nggak,” goda Julian.
            “Gue mah nunggu lo aja.”
            Julian memutar bola matanya malas bergegas keluar kamar menuju pintu Lift. “Cepat turun! Nyesal gue ngajak lo pagi-pagi kesini macam wartawan yang lagi cari berita.”
            “Lian, lo lagi nggak nyuruh satpam buat ngusir gue kan?”
            “Nggak lucu. Ya, nggaklah kita mau ke restaurant bawah.”
            “Hehe, teman baik.” Daniel nyengir.
            Semuanya tertawa puas seperti sedang ada perayaan pesta di restaurant ini. Carlos berlari menuju halte yang terdapat di samping restaurant, dengan refleks ia menabrak perempuan  yang terburu-buru membawa buku saat membuka pintu restaurant.
            “Sorry, mas, itu buku saya ada dibelakang tolong ambilin.”
            Carlos menyerahkan buku bertuliskan cover ‘note Gia’.
            Dari dalam restaurant Julian menaikkan alisnya. “Senyam-senyum kenapa lo?”
            “Duh itu Lian pagi-pagi ada adegan romantis di depan pintu.”
            “Yaelah norak lo!”
            Begitu Julian melanjutkan makannya ia menoleh ke arah pintu restaurant tampak perempuan tadi sudah duduk dipojokkan kanan dan lelaki tadi sedang berjalan ke halte sambil membetulkan letak kacamatanya. Tiap orang menyimpan permasalahan sendiri. Pikirnya.




bersambung... Part 3
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Cerita bersambung ini diambil dari kehidupan sehari-hari dalam rumitnya sebuah kepercayaan.
Gia Carlos Monza Julian memiliki kisahnya yang berbeda tanpa kaitan
hanya berbagi cerita secara bersamaan dan si Aku akan mengakhiri cerita mereka.

-o-

Sebelumnya di Prolog

            Kondektur kereta menyambut kedatangan penumpang menuju keberangkatan ke  Jakarta. Para penumpang telah memenuhi kereta menyisakan satu bagian kosong yang berada di gerbong dekat toilet. Untuk menghibur penumpang selama perjalanan pihak KA memutarkan musik.
            Sambil tetap memfokuskan diri ke layar laptop, sesekali Gia berenti hanya sekedar melihat pemandangan persawahan di sebelahnya. Ia tersenyum takjub melihat hijaunya sawah tidak menyangka di sudut kota Bogor masih terdapat persawahan. Pikirkan saja hal positifnya ini kesempatan, Gia ngelirik laptopnya, soal ini? Mungkin gue akan coba terima.
            Mata coklat yang benar-benar bulat, mata yang bisa membuat wanita mana pun yang ditatapnya mendadak tidak bisa berpikir apa-apa. Tapi sayangnya, di balik mata coklat itu meng-isyaratkan kehampaan yang mendalam. Carlos menoleh menyapu pandangan ke hamparan sawah. Menghembuskan napas berulang-ulang pertanda keraguan. Betapa bodohnya gue.
            Dari arah gerbong menuju pintu masuk kereta terdengar bunyi handphone, disusul suara perempuan berusia duapuluh tahun yang berseru, “Aku bisa sendiri. Aku baik-baik saja disana. Tenang nanti aku kabarin secepatnya.”
            Kedua temannya berpandangan dan mengangkat bahu.
            “Kamu yakin Mon?” tanyanya, “Kau akan tampil disana untuk memutuskannya?”
            Monza menatap ragu. “Gue ngak tau mungkin itu terbaik membuatnya sedikit sadar.”
            Julian menoleh kearah suara tiga perempuan yang bersebelahan dengan kursinya.
            Matanya bersinar penuh ketidak-sukaan. Sama, gumam Julian menggeleng-geleng. Sepertinya harus berlari saja ngak cukup sampai di sepanjang harapan...
 

***

            Panggilan dari pengeras suara bergema di ruangan kereta. 
            Sebuah pemberitahuan bahwa kereta akan tiba di stasiun. Perlahan kondektur menginstrupeksikan para penumpang untuk mengecek barang bawaan kembali sebelum akan meninggalkan kereta.
            Carlos memandang ke sekeliling orang-orang yang bergegas menuju pintu keluar, tetapi ia tetap memejamkan matanya lagi.
            “Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kamu merencanakannya Mon?” tanya teman Monza ketika ia berjalan keluar kereta beralih ke loket bus.
            Monza menoleh. “Hm?”
            “Pertimbangkan dulu,” kata temannya. “Aku tau walau mencintai harus ada sakitnya.”
            Kepala Julian berputar kembali menatap kearah tiga perempuan tadi. Dengan malas ia harus melihat perempuan bernama ‘Monza’ itu yang terlihat memaksakan diri balas tersenyum kepada teman-temannya. Dan sangat pembohong, pikirnya. Sangat menyebalkan.
            Monza menundukkan kepalanya dengan ragu ia sudah lelah. Sungguh.
            “Kenapa Mon?”
            Monza tidak menjawab.
            “Kamu harus yakin bisa menyelesaikannya, Oke?”
            Monza mengganguk menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. “Makasih ya kalian, aku harus pergi duluan kita pisah disini.”
            Ia mengangkat wajah memeluk kedua temannya. Mereka memasuki bus masing-masing menuju ke bandara.
            “Sampai ketemu enam bulan lagi,” ujar Monza sambil menyeret koper besarnya.


Carlos, jangan ngehindarin aku terus.
Aku mau kita ngobrol berdua.


Carlos menaruh ponselnya di saku celana jins setelah membaca pesan singkat yang diterimanya. Di lengan kanannya, sebuket bunga matahari terlihat jelas. Bunga itu sebagai perbaikan hubungan, atas kesalahan yang Carlos tidak tau jelas apa.
            Sebelum dirinya berada di kereta ini, ia berniat memberikan bunga matahari tanda semangat pagi mereka tetapi itu tidak sesuai yang diinginkan. Langkahnya malah membawa dirinya menuju kereta ke Jakarta.
            Carlos bangkit berdiri memandang ruangan kereta yang telah kosong. Derap langkahnya terdengar lunglai seiring sebuket bunga matahari yang sudah tergeletak di tong sampah. Lelah.




bersambung... Part 2
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Welcome 20th.  Makin banyak pembelajaran serta dosa hehe. Alhamdulillah Allah selalu menyayangi dan melindungi. Doa kan menjadi khalifah yang bermanfaat. Aamiin...

Untuk kehidupan yang sesederhana ini saya lebih banyak berdiam dalam renungan mengamati setiap proses terjadi dari yang dialami orang lain, tentunya diri sendiri juga. Intinya Tuhan memang adil punya rencana yang bisa dijadikan inspirasi. Sama seperti pada postingan sebelumnya. saya mengalami suatu kekecewaan dan mencari zona nyaman. Tapi ternyata saya salah.

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang memotivasi siapapun itu. 

3 tahun lalu, lebih tepatnya saat mengenal tentang mimpi. Dalam seusia yang labil dan kurangnya 'jati diri' mungkin memaklumi. Tekad saya saat itu ingin sukses. Sukses yang saya minatkan. Misalnya menjadi sastra, dokter hewan atau ilmu komunikasi. Semua yang saya inginkan itu tiba-tiba lenyap mungkin diibaratkan menunggu senja yang ada malah mendung. Di saat itu juga saya mengarahkan diriku mengikuti arusnya membiarkan bertepi tanpa tujuan yang pasti. Pengecut. Memalukan.

Tidak banyak pemikiran positif yang saya cerna. Selalu terfokus pada insting si minat. Yah, akibatnya menyesal sendiri.

Dan sekarang saya tau kalo disini 'jalan' Allah yang menuntun dan harusnya bersyukur. Memang dulu menjadi seorang penulis, psikolog, wartawan, dokter adalah mimpiku. Tetapi bahwa 'jalan' ini lah yang spesial membawa pada jatuh-berdiri untuk sukses nangis-tawa di setiap cerita duka-suka prosesnya. Maafin selama ini saya belum sadar terkesan cuek. Untuk mengikhlaskan keadaan saya tidak akan egois lagi menganti minat ke terbiasa. Karena Engineer pilihan yang terbaik. Bukan keinginan yang diberi Tuhan tapi Tuhan tau apa yang di butuh. Insya Allah menyukainya sama hal seperti saya suka menulis :))


NT: 20th ini sama gk ada perayaan dan ucapan yang banyak lagi mungkin lupa yaa, gk apa asalkan kalian gk lupa kalo selamanya sayang kalian
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Yang Maha Kuasa. Aku bersyukur bisa mengenal dunia yang bersifat semu ini darinya aku tau arti kehidupan sesungguhnya tentang dua hal berbeda, kesalahan dan kebenaran. Tapi terkadang kalimat menyerah yang selalu dilontarkan, menyadari betapa lemahnya hamba. Ntah sejak kapan aku merasa diriku kosong hidup tanpa jiwa yang pasti. Sebentar-sebentar perasaan kian berbeda. Capek? Kalo dibilang iya mana mungkin aku bertahan sampai sekarang namun sebenarnya aku hanya kurang peka saja. Mencari cinta yang sama sekali tidak tau apa definisi cinta itu sendiri. Mungkin cinta disini universal, menyeluruh.

Seperti anak kecil yang baru mengenal lingkungan. Seperti itulah cinta di kehidupan ku. Ada banyak kata-kata yang tidak bisa aku jelaskan secara deskripsi. Di sisi lain aku takut untuk melangkah jauh. Peng-khianatan dan ketidak-adilan yang akhirnya harus di dapat.

Untuk saat ini, aku hanya bisa menjaga cinta yang benar-benar terlihat. Membuat tersenyum dan tidak akan mengecewakannya tetap beristiqomah memperbaiki diri. Cinta kepada Tuhan dan Orang Tua. Dari terlahir sebagai “kertas bersih” ternyata cintaNya memang sudah datang dengan apa adanya. Selebihnya, butuh proses mengenal cinta lain yang pasti. Tuhan, izinkan aku menyapa cinta yang lain itu. Aku mohon.

Bila waktu datang, jika aku akhirnya jatuh juga... buatlah cinta atas dasar cinta karenaMu, menuntut dijalan yang mengajarkan kebaikan, cinta yang sama-sama belajar memahami kehidupan, cinta yang menemukan titik akhir, cinta yang tulus setelah cinta padaMu, cinta yang berwarna kebahagiaan dan selalu menunggu untuk disapa.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts
ana's. Powered by Blogger.

About me



"Semua ditulis atas pendapat ego, filosofi sosial, dan diskusi santai. Tulisan saya tidak istimewa hanya pengingat untuk saya baca ketika sulit berekspresi berharap seperti minuman yang diseduh; menghangatkan."

Social Media

  • LinkedIn
  • Twitter
  • Gmail

Categories

Artikel (2) Cerita Bersambung (10) Cerita Pendek (12) Ceritaku (8) Opini (9) Quotes (12)

recent posts

Blog Archive

  • ►  2024 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2017 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2016 (2)
    • ►  May (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
  • ▼  2014 (6)
    • ▼  December (3)
      • Selama 20 Tahun
      • CERBUNG: Kembali (Part 2)
      • CERBUNG: Kembali (Part 1)
    • ►  August (1)
      • QUOTES: #8
    • ►  July (1)
      • Continued
    • ►  May (1)
      • OPINI: Mengenal Cinta
  • ►  2013 (15)
    • ►  December (2)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2012 (10)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  November (2)

Free Blogger Templates Created by ThemeXpose